Sekawan Limo

“Sekawan Limo”  yang kini telah tayang di bioskop, adalah film horor komedi Indonesia yang memberikan kejutan yang mengharukan.

“Sekawan Limo” adalah istilah Jawa untuk “empat dari lima”. Youtuber Bayu Skak menyutradarai film horor komedi berdurasi hampir dua jam dengan dialog yang hampir seluruhnya diucapkan dalam bahasa Jawa. Namun, subtitle bahasa Indonesia tersedia di bioskop. Jadi, penonton tidak perlu khawatir selama mereka berbicara dalam bahasa Indonesia.

Film ini bercerita tentang sekelompok anak muda yang mendaki Gunung Madyopuro. Ada beberapa aturan dalam pendakian gunung: mereka harus melakukan perjalanan dengan kelompok yang jumlahnya genap dan tidak boleh ada yang berbalik. Perjalanan dimulai dengan Bagas (Bayu Skak) dan kekasihnya Lenni (Nadya Arina). Mereka bertemu pendaki lain di sepanjang jalan, termasuk Dicky (Firza Valaza), yang maju sebagai pemimpin yang menunjuk dirinya sendiri. Diikuti oleh Juna (Benedictus Siregar) yang merupakan pelawak. Kelompok itu kemudian menjemput Andrew (Indra Pramujito), yang mereka temukan tergeletak tak sadarkan diri di tanah. Perjalanan kuintet itu menyeramkan, karena para pendaki –kecuali Bagas– terus dihantui oleh hantu. Kekuatan supranatural juga mencegah mereka mencapai tujuan. Para pendaki juga mulai curiga bahwa seseorang dalam kelompok itu bukan manusia.

“Sekawan Limo” yang tidak kronologis adalah film yang menyenangkan dan ringan. Sekali lagi, humor tergantung pada pandangan orang yang melihatnya, tetapi saya pribadi menemukan banyak momen –terutama yang melibatkan Juna– menghibur. Tampaknya penonton lain juga setuju, dilihat dari bagaimana tawa sering memenuhi teater. Namun, humor dalam adegan podcast tidak begitu lucu.

Meskipun film horor komedi ini bersifat ringan, “Sekawan Limo” ternyata sangat menyentuh hati.

Awalnya saya mengira bahwa “Sekawan Limo” akan berfokus pada tokoh utama Bagas dan kekasihnya Lenni, tetapi ternyata saya salah. Film ini memberikan kelima pendaki tersebut latar belakang yang memikat tanpa membuat penonton bosan dengan kilas balik yang panjang.

Lenni menyalahkan dirinya sendiri atas kematian ibunya. Bagas, yang telah menjadi yatim piatu sejak usia muda, mencoba menghiburnya. Dicky kecanduan judi daring dan telah melarikan diri dari utangnya. Juna diganggu di kampus karena menjadi anak politisi yang korup dan tidak tampan. Andrew berjuang melawan ayahnya yang tidak ada dan kehamilan di luar nikah. Alih-alih menakut-nakuti penonton, “Sekawan Limo” menggunakan hantu untuk tujuan komedi, dan yang mengejutkan, film ini justru menginspirasi penonton.

Hantu yang mereka temui adalah manifestasi dari masalah yang mereka coba hindari. Satu-satunya hal yang dapat menyingkirkan hantu adalah penerimaan. Sama seperti aturan “jangan menoleh ke belakang”, seseorang harus terus melangkah maju dalam hidup.

Lenni akhirnya menerima kematian ibunya, sementara Dicky berjanji untuk melunasi utangnya setelah dihantui oleh penagih utangnya. Andrew memutuskan untuk bertanggung jawab atas kehamilan pacarnya.

Dan akhirnya terungkaplah fakta besar: Juna telah menjadi hantu selama ini. Juna telah lama meninggal dalam sebuah kecelakaan ketika ia bepergian dengan sekelompok mahasiswi yang menusuk dari belakang yang telah memanfaatkannya untuk mendapatkan uang. Di bagian inilah “Sekawan Limo” paling menyentuh hati saya. Dengan masa lalunya yang penuh perundungan, Juna sangat menginginkan teman-teman yang tulus. Para anggota mengakui bahwa mereka menganggap Juna sebagai teman, termasuk Dicky yang dulunya sombong. Juna akhirnya mendapatkan teman meskipun ia baru berteman setelah ia meninggal.

Singkatnya, ketika saya melangkah masuk ke teater, saya sudah berharap akan mendapatkan tawa yang menyenangkan dari “Sekawan Limo”. Namun saya tidak menyangka bahwa saya akan merasa hangat dan nyaman.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*